Selasa, 07 Mei 2013

Produksi Bersih Cegah Kerusakan Lingkungan



Oleh: Ir. H. A. Jauhari, MSi


Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan terpadu untuk diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energy dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik, melalui pengurangan sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan.
Fokus produksi bersih adalah usaha pencegahan terbentuknya limbah, yang merupakan salah satu indicator inefisiensi. Usaha pencegahan tersebut perlu dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi terbentuknya limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang. Upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pada akhirnya dapat menjadi sumber pendapatan.
Istilah produksi bersih mulai diperkenalkan oleh UNEP (United Nations Environment Program) pada bulan Mei 1989 dan diajukan secara resmi pada bulan September 1989 pada seminar The Promotion of Cleaner Production di Canterbury, Inggris. Indonesia sepakat untuk mengadopsi definisi yang disampaikan oleh UNEP tersebut.
Dalam strategi pengelolaan lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, berbagai upaya harus dilakukan untuk mencegah terbentuknya limbah. Konsep produksi bersih dicerminkan dari banyaknya aspek yang terlibat seperti sumber daya manusia, teknik teknologi, finansial, manajerial dan lingkungan. Strategi produksi bersih menekankan adanya upaya pengelolaan lingkungan secara terus-menerus.

Prinsip Produksi Bersih
          Terdapat sejumlah prinsip pokok dalam produksi bersih yang perlu mendapatkan perhatian. Pertama, mengurangi penggunaan bahan baku, air, dan energi, menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga mencegah atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta risikonya terhadap manusia.
          Kedua, perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.
          Ketiga, upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik dari pihak pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha. Selain itu, perlu diterapkan pola manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.
Keempat, mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkaliwaktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat.
Kelima. pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan sendiri dan peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat dari pada pengaturan secara command control.

Strategi 5R
Prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dituangkan dalam 5 R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle). Re-think adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk. Upaya produksi bersih ini tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha.
Re-use atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakuan fisika, kimia, biologi. Implikasi dari re-use adalah penggunaan kembali un-treated water, pemakaian kemasan bahan kimia untuk bahan kimia sejenis dan lain-lain.
Reduction atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal produksi. Implikasi dari reduction adalah mengurangi dan meminimisasi penggunaan bahan baku, air dan energi serta menghindari pemakaian bahan baku berbahaya dan beracun serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga mencegah dari atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta risikonya terhadap manusia.
Recovery adalah teknologi untuk memuliakan suatu bahan atau energi dari suatu limbah untuk kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia, biologi. Implikasi recovery adalah me-recover khrom pada limbah padat dari industri kulit, timah hitam dari limbah aki bekas, dan lain-lain.
Recycling atau atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika, kimia, biologi. Implikasi recycling adalah daur ulang limbah plastik menjadi bijih plastik, daur ulang air proses, energi, dan lain-lain.

Komitmen Nasional
Produksi Bersih diperkenalkan oleh BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) pada tahun 1993. Sejak saat itu Produksi Bersih terus dikembangkan dan disebarluaskan ke seluruh sektor terkait di Indonesia, dan pada tahun 1995 Pemerintah Indonesia mencanangkan Komitmen Nasional Penerapan Produksi Bersih.
Sejak dicanangkannya Program Produk Bersih, maka hingga saat ini penerapan dan pengembangan Produksi Bersih telah dilakukan oleh beberapa sektor. Kementerian Lingkungan Hidup mensosialisasikan Produksi Bersih melalui seminar, penerbitan buku, leaflet, brosur, website dan lain-lain. Kemudian dilakukan pnyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih untuk industri tekstil, kulit, kelapa sawit, electroplating, karet, tapioka, gula, hotel dan perkotaan. Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih melalui Chemical Management dan Good House Keeping. Dilakukan implementasi Produksi Bersih melalui pilot project pada industri tekstil, kelapa sawit, kulit dan lingkungan industri kecil. Implementasi Produksi Bersih melalui konsultasi dan bimbingan teknis pada kurang lebih 500 industri, antara lain: automotive, agrobisnis, electroplating, tekstil, kulit, karet, CPO, gula, dan lain-lain.
Selain itu juga dilakukan pelatihan Produksi Bersih, Good House Keeping, Chemical Management, Life Cycle Analysis serta berpartisipasi dalam forum internasional seperti: UNEP High Level Seminar tentang Produksi Bersih; Pollution Prevention Roundtable, USA; Asia Pacific Roundtable for Cleaner Production (APRCP), Asia Productivity Organization (APO), Eco Industrial Estate Asia (EIEAsia), dan lain-lain.
Sektor lain yang juga giat mengembangkan Produksi Bersih adalah Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata. Masing-masing sektor mengembangkan Produksi Bersih sesuai dengan bidangnya yang semuanya bertujuan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Dalam melaksanakan Produksi Bersih diperlukan dukungan dan kerjasama seluruh pihak yang berkepentingan melalui prinsip kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi sektoral, pelaku bisnis, perguruan tinggi, lembaga penelitian dan masyarakat umum.*
 

Gerakan Konsumen Hijau

Globalisasi yang melanda dunia telah melahirkan 3 isu utama, yaitu isu hak asasi manusia, demokratisasi, dan lingkungan hidup. Ketiga isu tersebut telah melahirkan pandangan manusia untuk berpikir obyektif dalam kepentingan ekonomi dan politik.
Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup serta merosotnya kualitas lingkungan hidup telah melahirkan gerakan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Salah satu di antaranya adalah Gerakan Konsumen Hijau yang terus mempengaruhi masyarakat luas agarmengkonsumsi produk yang ramah lingkungan.

Gerakan Konsumen Hijau merupakan salah satu bentuk aksi sebagai implementasi dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya, yang semakin lama semakin memprihatinkan sehingga memerlukan solusi konkrit yang datangnya dari masyarakat konsumen.
Konsumen Hijau memiliki prinsip dalam berkonsumsi, yaitu mereka tidak hanya memperhatikan mutu, penampilan, harga, garansi, serta layanan purna jual produk yang akan dibeli, tetapi mereka juga mempertimbangkan masalah ekologi, etika, dan lingkungan hidup.* (Ahmad Jauhari)

Menjaga Kesehatan Mata Pengemudi



        Di perusahaan mana pun para sopir (pengemudi) memiliki peranan sangat penting dalam mendukung aktivitas mobilitas perusahaan. Para sopir berperan dalam mendistribusikan barang hasil produksi, mengangkut bahan baku, mengangkut hasil tambang, mengangkut hasil perkebunan dan lain sebagainya. Apalagi di perusahaan transportasi, para sopir berperan sangat penting mengantarkan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan. Para sopir memegang kendali sangat penting dalam mengoperasikan kendaraan yang dikendarainya agar selamat sampai di tempat tujuan. Oleh karena itu, para sopir harus selalu menjaga kondisi tubuhnya agar tetap dalam keadaan bugar dan sehat, termasuk menjaga kesehatan matanya.
       Mata bagi para sopir tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya. Para sopir harus selalu awas dan waspada melihat dan memperhatikan kondisi jauh di depan, di samping dan di belakang. Peran mata sangat penting bagi seorang sopir untuk memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya tersebut.
          Mata yang selalu dijaga kesehatannya akan menentukan keamanan dan kenyamanan para sopir (pengemudi). Keamanan dan kenyamanan dalam mengemudi memang perlu mendapatkan perhatikan secara menyeluruh dan serius. Penglihatan, selain pendengaran, merupakan salah satu indera yang paling penting yang diperlukan untuk membantu para pengemudi dalam mengemudikan kendaraan dengan aman.
Melalui mata yang sehat para pengemudi dapat melihat ke samping dan belakang melalui spion, mengawasi keluar untuk pejalan kaki dan mobil lain yang menyalip dan obyek lain yang berada di sekitar mobil. Semua obyek di sekitar kendaraan dapat terlihat secara otomatis oleh mata. Para pengemudi yang tidak menjaga kesehatan matanya bukan saja akan dapat merugikan dirinya sendiri tetapi juga akan dapat merugikan perusahaannya.
Laporan media Mata (Media Komunitas Optik Jakarta, 2 Februari 2011) menyebutkan bahwa duduk di belakang kemudi dapat membawa beberapa risiko pada mata, dan beberapa di antaranya belum disadari. Terdapat beberapa potensi risiko mata pada saat berkendara, namun risiko tersebut dapat diatasi melalui penanganan yang baik.

Bahaya Mata Kering
      Mata kering dapat terjadi antara lain akibat penyejuk udara (AC). Penyejuk udara, terutama yang didorong oleh kipas, bisa mengeringkan permukaan mata. Hal ini bisa lebih buruk jika pengemudi memiliki kecenderungan untuk mata kering. Mata kering apabila tidak diatasi dapat menimbulkan bahaya dan merugikan bagi para pengemudi.
Mata kering dapat menyebabkan iritasi dan kemungkinan menimbulkan reaksi mengeluarkan air mata berlebih yang dapat mengakibatkan penglihatan kabur. Oleh karena itu, para pengemudi hendaknya menghindari pemakaian AC yang bertiup langsung menuju arah wajah. Hal demikian dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan penguapan secara cepat dan pengeringan air mata.
Apabila mata kering merupakan masalah yang terus berulang, para pengemudi hendaknya mencoba menggunakan tetes pelumas sebelum memulai mengemudi kendaraan. Tetes mata akan dapat membantu mengembalikan lapisan air mata.

Menghindari Silau
        Silau dapat terjadi apabila terdapat sinar yang langsung menuju ke arah mata. Hal demikian dapat terjadi dan dirasakan para pengemudi pada saat matahari rendah (pada saat pagi atau sore) atau apabila ada lampu dari mobil yang berlawanan arah pada malam hari. Silau dapat berisiko menimbulkan gangguan karena dapat mengganggu pandangan para pengemudi pada saat mengemudi. Gangguang akan sangat terasa terutama bagi orang yang memiliki penyakit katarak dan beberapa jenis penyakit kornea.
Untuk menghindari terjadinya silau terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama,  jika memungkinkan hendaklah dicoba untuk menghindari mengemudi di sore atau pagi hari pada saat matahari tepat di depan arah pengemudi. Menunda 10-15 menit berikutnya terkadang sudah memberikan sudut sinar matahari yang tidak mengganggu.
Kedua, pengemudi hendaknya menggunakan pelindung matahari untuk menaungi mata.
Ketiga, para pengemudi perlu berinvestasi dengan membeli kacamata hitam berkualitas baik dengan perlindungan ultra violet untuk mengurangi silau. Ketika membeli kacamata hitam yang akan dipakai untuk mengemudi, pengemudi perlu memastikan bahwa kacamata berada pada kisaran 0-3 kategori filter. Lensa membawa kategori filter 4 akan terlalu gelap untuk mengemudi secara aman. Perlu diingat bahwa kacamata hanya untuk mengurangi silau dan tidak menghilangkan bahaya sepenuhnya.
Keempat, perlu diingat bahwa jika pengemudi mengemudi dari jalan yang terang lalu masuk ke dalam terowongan maka kacamata harus segera dilepas sementara.
Kelima, kacamata hitam tidak boleh digunakan pada malam hari. Mengemudi pada malam hari kadang bisa sulit terutama menghadapi sorot lampu dari mobil berlawanan arah. Mengenakan kacamata antiglare (bukan kacamata hitam) dapat membantu memecahkan silau dari lampu kendaraan yang lewat. Jika pengemudi memakai lensa kontak maka dia dapat menggunakan kacamata normal yang lensanya antiglare.

Kemasukan Benda Asing
Ketika pengemudi mengendarai mobil dengan atap terbuka atau dengan jendela sampig terbuka maka akan ada risiko bahwa benda asing seperti pasir atau bahkan serangga terbang bisa masuk ke dalam mata pengemudi. Oleh karena itu, pengemudi dianjurkan untuk melindungi matanya dengan mengenakan kacamata pelindung. Kacamata dengan frame kecil tidak terlalu berguna dalam hal ini dan tidak memberikan perlindungan memadai. Kacamata dengan bingkai yang cukup lebar untuk menutupi setidaknya bagian tulang luar mata lebih sesuai.
Jika terdapat kotoran atau potongan kecil benda asing yang masuk ke dalam mata pengemudi maka hal pertama yang harus dilakukan pengemudi adalah mengurangi kecepatan laju kendaraan dan berusaha menepi untuk kemudian berhenti. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan pengemudi adalah berkedip secara cepat beberapa kali. Hal itu akan mengalirkan air mata yang membasahi benda asing dan menjatuhkannya. Jika hal ini tidak berhasil mengeluarkan benda asing dari dalam mata maka hendaknya pengemudi segera mencari bantuan kepada pihak lain.

Mangkonsumsi Vitamin
      Hal yang tidak kalah penting untuk menjadi perhatian para pengemudi adalah mengkonsumsi vitamin untuk menjaga kesehatan mata yaitu vitamin A. Vitamin A generik dapat diperoleh di apotek dengan harga yang cukup murah.
        Selain itu, para pengemudi juga perlu mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung banyak vitamin A, yaitu buah-buahan yang berwarna merah seperti pepaya. Mengkonsumsi vitamin A akan dapat menjaga kesehatan mata dari dalam tubuh sedangkan penggunaan alat pelindung mata akan dapat melindungi mata dari bahaya yang datang dari luar tubuh.* (HA Jauhari)